Sabtu, 26 Maret 2016

Menikmati Birunya Danau Pengaron

Danau Biru Pengaron
   Setelah tim selesai melakukan persiapan mulai dari menetukan spot yang cocok untuk berfoto hingga menseting sudut pengambilan gambar yang pas, tum mulai yaki bahwa pengambilan gambar nanti akan berlangsung dengan lancar. Danau biru pengaron ini memebrikan keindahan yang khas dengan warna airnya yang biru jernih. Saking jernihnya kita bisa melihat hingga ke dasar. Warna birunya sendiri merupakan pantulan dari warna langit ketika cerah. Hal ini kemungkinan terjadi karena material dasar dari danau ini merupakan batu yang memiliki index kekerasan yang tinggi yang meungkinkan untuk menahan air yang tertampung lebih besar dari air ang terserap ke tanah. Sehinga air terkumpul di permukaan, walau bukan terentuk alami karena adana alran air atau suber mata air. (edisi sotoy).

Danau biru pengaron - danu bekas tambang
Biru nya Nendang
   Kami sebelumnya membaca info dari beberapa sumber bahwa danau biru seperti ini merupakan danau bekas galian tambang yang ditingalkan oleh tangan yang tidak bertanggung jawab. Banyak memang dlubang - lubang galian sepert ini yang ditinggal begitu saja hingga akhirnya jadi empang dan karena menahan air yg banyak hingga mejadi danau sebesar ini. Tapi perusakan alam ini malah disambut dengan woles dan bahkan dijadikan destinasi wisata oleh masyarakat. Saya rasa ini merupakan reaksi yang luar biasa dimana masyarakat tidak terlalu meganggap pengrusakan alam sebagai suatu yang harus selalu memberi ancaman. tapi juga malah memberi peluang untuk menghasilkan rejeki dan selain itu menjadikan destinasi wisata yang mampu menyerap wisatawan sekitar daerah. suatu hal yag menarik  dan jarang terjadi menurut saya. hehhe
Ebi dan widi - persiapan pemotretan udah mantap jar.
    Dah lah kebanyakan cek cok keburu ujan nih. tim udah pengen dipajang aja hasil karya membiru mereka di danau pengaron ini. oke langsung aja kita pajag beberapa foto jepretan rekan - rekan yang sedang haus darah memamerkan jepretan na di danau biru pengaron.

Mang Rusdi membuka sesi pemotretan
Mang Rusdi - ganti kostumnya cepet amat
Muang Sany lansung eksis juga
Mang Sany & Widi

Widi seorang diri
Mang Rusdi memastikan Airnya aman

Paman Wahyu gak mau ketinggaln

Mang Sany juga ngikut eksi

Widi berfoto diatas batu
    Danau ini juga airnya aman. walaupn belum ada penelitian mendalam terhadap kandungan air yang ada disini. Tapi kita bisa melihat adanya kehidupan berupa ikan yang bisa hidp di air ini. menang layak dan aman. KIta juga bisa berenang disini tai ya jangan terlalu ke tengah biasanya galian bekas tambang itu makin ke tengah makin dalam, jadi kagak aman.

Mang Rusdi- Pengambilan gambar dari jauh

Paman Wahyu
    Danau ini layak sekali dikunjgi ketika akhir pekan atau bahkan anda mau cuti bekerja hanya untuk mengujungi danau ini, gak jadi maslah karena memberikan kesan tersendiri bagi yang berunjung kesini. kami selaku warga pendatang non pribmi, merasa nyaman sekali dengan beberapa tempat wisata di sekitar kalsel, selain menyughka keindahan yang baik juga tak mengakibatkan kantong bolong. Artinya memang harga wisata di sekitar kalsel ini sangat terjangkau dan terbilang sangat ekonomis. hehehe.. karena faktor ini merupakan faktor utam dalam berekreasi.. hehe
Kembali ke atas
    Gimana semuanya uda kenyang berfotonya? hari udah mulai gelap ini, jalan tambang sepertinya akan sulit kita lewati ketika kondisi basah. Ayo kita segera cabut dari sini.Sebelum warna air danau berubah jadi abu - abu.. hehehe... oke sekian dulu rekapan perjalanan kali ini. next kami akan terus berbagi kisah menarik selanjutnya. Tak ada akhir kata menarik yang bisa kami ucap selain. lapar.. lapar... 

Momen ini juga diabadikan dalam video dokumenter singkat berikut


Perjalanan lanjutan The Tanginas menuju Danau Biru Pengaron



Danau Biru Pengaron
     Setelah lelah melakukan pendakian ke bukit matang kaladan tim kembali melanjutkan perjalanan menuju ke danau biru pengaron. namun sebelumnya tim beristirahat sejenak di sekitar sungai kembang untuk melepas lelah. Tadinya tim mau turun ke sungai, tapi karena lelah kami hany dudyk aja di pos jaga sungai kembang. waktu tak terassa sudah mulai siang tim segera melanjutkan perjalanan menuju ke pengaron. tapi ban motor mang sany terlihat kurang angin. tadinya mau ditiup langsung tapi kami sepakat untuk mencara tukang tambal ban untuk menyerahkan kejadian tersebut kepada ahlinya. Tak jauh kami menemukan bengkel tambal dan langsung di cuss..

     30 menit sudah kami meninggalkan kawasan mandiangin dan berbelok menuju jembatan astambul. tapi masalahnya kami ngga tau jalan menuju jembatan tersebut.. hehe.. tapi namanya bukan the tanginas kalo tidak ngaprak.. jadi kami lanjut terus ampai ketemu tuh jembatan astambul. mengambil jalan melalui bincau kemudian tembus ke arah martapura. kami nanya - nanya warga sekitar untuk menemukan jembatan astambul. kami sengaja melawati jalan ini karena merupakan jalan tedekat menuju ke pengaron tanpa harus melewati pasar martapura. 

     Setelah 2x kesasar karena salah belok. tim akhirnya menemukan jembatan astambul yang menjadi akses penghubung jalan yang terpisah oleh sungai martapura. Setelah melewati jembatan tersebut, tim langsung tancap gas menuju ke pengaron. perjalanan ke pengaron kurang lebih 40 menit melewati matraman untuk sampai di simpang 4 pengaron. Paman wahyu rupanya sudah nundutan di motor karena mungkin dia mulai lelah.. hehehe... 

    Setelah sampai di simpang 4 pengaron kami langsung belok kanan dan lurus terus hingga menemui simpang 4 jembatan ke arah jalur tambang. dari simpang 4 pengaro nsampai ke jembatan ini sekitar 15 menit. memang tidak terlalu lama karena sudah cukup dekat. setelah menemukan jembatan tersebut kami langsung masuk ke jalur tambang jalurnya tidak cocok untuk ban motor saya (mang sany) yang baru di cuss.. tapi apa boleh buat harus terus melaju. Jalanannya cukup menguras tenaga motor ini yang napasnya mulai sesak., hehhe.. Menurup mang rusdi biasanya di dekat jembatan itu ada orang berjaga yang meminta retribusi parkir sebesar 5000 perak.. tapi kali ini kami tidak menemukannya.. kami menemui danau biru juga yang kecil.. mungkin ini versi mini nya ya.. terlihat sekali hutan sawit dan karet di sekitar jalur ini.. ternyata kita sudah di kalimantan yang katnaya hutan itu.. hehehe.
Danai Biru kecil
Jalan menuju danau
Pemandangan sekitar jalan

Jalan menuju danau
     Setelah jalan yang begitu sae pisan kita lewati akhirnya menemukan warung yang menandakan danau biru pengaron tepat di sebrang bawah warung tsb. kami mengisi perut dulu karena mulai kukurubukan dari tadi belum diisi. sambil bernaung di warung tsb kami membeli beberapa cemilan dan minuman.. sempat juga saya berbincang dengan beberapa karyawan tambang di sekitar situ yang juga beristirahat di warung tsb. mulai memasuki tengah hari yang panas mentrang kami bersiap untuk turun ke danau.  tak jauh memang hanya beberapa langkah saja.
Cekrek dulu.. ngetest kamera.
Persiapan tim berfoto disekitar danau
Paman wahyu yang sedang ngiuhan ditemani kucing kesayangannya

Danau biru dilihat dari atas
     Setealah beberapa langkah kami berjalan mulai terlihat indahnya danau biru pengaron ini. warna birunya begitu muncul dan terang benderang seperti pantulan dari warna langit. Beruntung sekali kami berkunjung saat cuaca cerah dan saat panas mentrang seperti ini. jadi warnanya full services. Widi dan ebi langsung meluncur ke vawah untul sedikit berteduh di antara bebatuan.. Turun nya haru berhati hati karena bebatuan ini cukup tajam dan kami hariwang terpeleset kemudian titotog. Oke nanti dilanjut lagi pada posting berikutnya. 

Jumat, 25 Maret 2016

Bukit Matang Kaladan saingan berat Bukit Batas

     

   
Bukit Matang Kaladan
     Setelah kabut mulai naik, pemandangan mulai terlihat jelas. Tim melakuka pemansan ringan sebelum ber-eksis melakukan pemotretan. Mulai dari senam wajah hingga latihan senyum-senyum sendiri.. hhha (just kidding). Tapi beneran serius pas kabut udah mulai naik pemandangan yang disajkan bukit matang kaladan ini sungguh sangat emejing sekali. Hijau perbukitan birunya langit dan bendungan riam kanan memberikan perpaduan warna yang pas. Jepretan kamera kali ni mampu mengabadikan dengan baik apa yang kami lihat pada saat itu.
Kabut Mulai Naik

Pemandangan mulai terlihat
     Bukit yang tak terlalu tinggi ini memang menyajkan pemandangan yang tak kala dengan bukit batas,dimana pada perjalanan sebelumnya kita sudah mengujunginya. Bisa dibilang bukit matang kaladan ini merupakan saingan terberat bukit batas dalam pesona keindahanya. Karena hingga saat ini masih belum ada saingan terberat utuk menduduki peringkat KW supernya raja ampat versi kalsel ini. Btw mohon maaf pemirsa ini tim udah mulai panas buat difoto. Kita lat aja dulu jepretannya.
Mang Rusdi
Paman Wahyu

Mang Sany

Widi
Ebi
The Tanginas at Bukit Matang Kaadan
    Setelah puas panas – panasan sambil poto potoan. Tim masih penasaran dengan yang ada di ujung bukit. Karena masih ada jalan setapak menuju ujung bukit. Wah siapa tau pemandangan disana juga cukup indah. Tim meneruskan mengikuti jalan setapak menuju ujng bukit utuk memastikan tak ada moment di bukit batas yang kami lewatkan.eh tunggu bentar ternyata ada 2 rekan kita yang waktu 17an kemaren gak ikut upacara di kelurahan. jadi mereka menerima hukuman untuk dijemur sambil hormat bendera.



Widi yang mulai kepanasan karena udah dijemur
       Setelah mencapai ke ujung, bukit batas masih menyajikan kendahan yang emejing. Hamparan bukit hijau terbetang sejauh mata memandang. Dan lengkap sudah perjalanan kita di bukit matang kaladan karena hari mulai siang, terik matahar mulai tak dapat dilawan, kami memutuskan untuk turun bukit. Peralanan yang begitu singkat dengan hasil yang begtu luar biasa. Sungguh ekonmis sekali bukan? Hehehe.. (lagian tadi masuknya belum bayar juga.)

Pemandangan diujung puncak bukit
Ebi dan widi
Mang Sany
     Menurut info dari rekan – rekan seperjuangan iasana para pengunjung yang hendak ngecamp disini pergi pada hari libur atau weekend. Dan biasanya mereka naik pada waktu sore hari untuk bermalam dipuncak kemudian pulag pada pagi hari. Tentu berbeda sekali style nya dengan the tanginas yang selalu mengadakan dugdag trip.

Pemandangan saat perjalanan menuruni bukit
    Kami mulai menuruni bukit, dan ternyata menuruni bukit juga memerlukan energi ekstra karena meelsuri jalan yang mudun kan mengakibatkan kaki kita menahan berat adan keseluruhan. Sehingga perlu berhati – hati agar tda tuturubun hingga akhirna nyksruk. Pokonnya bikerpul.
Turun juga harus bikerpul
Turun juga perlu energi
    Setelah sampai dibawah kami segera menemui pos penjagaan karena belum melapor dan membayar tiket masuk. Mang rusdi selaku kabaghumas melakukan perbincangan secara formal bersama penjaga pos untuk memastikan kedatangan kami tidak mengusik dan tidak melanggar term and condition yang sudah ditetapkan. Perjalanan berakhir. namun yang masih menjadi misteri di tiketnya tertulis "BUKIT MATANG TELADAN" dan sebagai kata perpisahan mang rusdi mengabadikan foto depan gapura selamat datang. hehehe..
Pertemuan dengan penjaga pos
Misteri tiket masuk
Suasana dermaga riamkanan pas kami pulang
Mang Rusdi pidato penutupan

Ada nih video dukumenter singkat the tanginas di Bukit Matang Kaladan


Eh tapi kabarnya masih akan dilanjut ke Danau Pengaron.. Bersambung dulu aja ya...

The Tanginas trip to Bukit Matang Kaladang

 

The Tanginas at Matang Kaladan
     Beberapa hari sebelumnya The Tanginas sudah merencanakan untuk mengadakan perjalanan selanjutnya dengan destinasi Bukit Matang Kaladang desa tiwingan lama, kecamatan Aranio kabupaten banjar. Bukit ini masih terletak di kawasan Waduk Riam Kanan. Kabarnya persona keindahan di bukit Matang Kaladang / Tiwingan ini tak kalah dengan pesona keindahan Bukit Batas, yang beberapa waktu lalu sempat tim kunjungi. Namun perbedaannya untuk mencapai bukit Matang Kaladan ini tidak memerlukan aktifitas penyebrangan menggunakan kelotok. 

     Mengetahui hal ini tentu membuat tim merasa yakin dapat mengisi liburan kali ini. Saya (Mang Sany) dan mang rusdi segera berkordinasi untuk menghubungi tim lainnya. Paman wahyu mengkonfirmasi dapat ikut perjalanan kali ini. Namun hal yang disesalkan Mas bowo tidak dapat iku kerena sedang datang bulan.. eh maksud kami..  sedang ada pekerjaan pada saat bulan muncul (shift malam) yang perlu dibereskan atau tepatnya beliau menjalani roster shift 3.Sebelumnya kami sepakat walaupun hanya 3 orang kami akan tetap berangkat. Saya dan Mang Rusdi mencoba untuk menghubungi rekan - rekan lain yang memang ingin ikut dalam perjalanan kami kali ini.

    Beberapa hari menjelang keberangkatan Mang Rusdi mengabarkan bahwa ada 2 orang temannya yang akan ikut yaitu Ebi dan Widi. Tim kali ini terkonfirmasi berjumlah 5 orang yaitu saya (Sany) mang Rusdi, Paman wahyu, Ebi dan Widi. Sebelumnya saya memang sudah mengenal Ebi dimana Saya Rusdi dan Randi pernah tergabung dalam Band yang pernah latihan bareng. Ebi dan Widi satu kantor dengan mang Rusdi dan paman Wahyu. Kami segera mengatur jadwal untuk titik kumpul dan waktu keberangkatan.

     Hari keberangkatan sudah tiba, kami berkumpul pada pukul 5.30 di tempat seperti biasa simpang 3 loktabat banjarbaru. Setelah semua tim terkumpul kami mulai start pada pukul 05.45. Melewati jalan yang sama dengan trip sebelumnya yaitu arah Waduk Riam kanan. Perjalanan kali ini terasa dingin yang cukup menusuk. Tak lupa kami juga berbekal nasi bungkus, seperti biasa untuk nanti sarapan saat tiba di lokasi. Perjalanan yang ditempuh tidak lebih dari 45 menit karena memang pada jam keberangkatan memang masih sangat sepi dari aktifitas perekonomian di daerah tersebut. Jalanan berkabut kami lewati. sudut pandang yang dekat membuat laju kendaraan harus sedikit melambat. 

Term  & Condition for visitior

     Kurang lebih 45 menit perjalanan kami berlalu hingga samapai di kaki daerah desa tiwingan lama. Menurut info bukit tersebut tak jauh dari dermaga tempat kami naik kelotok kemarin. Kami bertanyapada warga sekitar untuk mengetahui akses menuju lokasi bukit. setelah bertanya sana sini kami ditunjukan ke rah bawah menuju jembatan. Namun belum apa - apa udah kesasar ke rumah warga, hingga harus bertanya lagi kesana kemari untuk menemukan jembatan tersebut.

Dermaga Riam Kanan

Tim Melewati Jembatan Desa Tiwingan Lama
Gapura Wisata Desa Tiwingan Lama
     Tak lama kemudian jembatan tersebut terlihat, dan kami sadari bahwa kami memang salah masuk sehingga terlalu puputeran disekitar desa. Dari jembatan dapat dilihat pintu /gapura yang menunjukan ucapan selamat datang di wisata bukit matang kaladan. Untuk masuk tentu harus melapor dulu sama sepuh disini yang biasanya merangkap sebagai penarik iuran untuk pengelolaan sekitar kawasan. kami menemukan meja tempat pelaporan dan pembayaran namun belum ada penjaganya. lkami hanya menemui beberapa anak - anak yang sedang bermain. Mungkin paman penjaganya tidak tanginas ya.. hehe.. ato mungkin masih berdzikir di mesjid sehingga belum kembali ke tempat jaga nya.. setelah menunggu beberapa saat, paman penjaga tak kunjung datang. Kami memutuskan untuk membayar pada akhir perjalanan saja.

Anak -Anak Sekitar Desa
Petunjuk Arah to Matang Kaladan
Tim Mulai Mendaki
      Pendakian dimulai, dari papan informasi yang diperoleh bukit tidak terlalu jauh hanya sekitar 2-3 km saja. Paman rusdi dan tim segera mengawali upaya pendakian bukit ini. Dimulai dengan melewari rumah warga, dilanjutkan ke perkebunan warga. hingga mulai ke alam lepas dan semakin terasa bahwa track kali ini cukup menanjak dan sangat curam. Dengan sudul elevasi kemiringan sekitar 70 derajat. tentu akan sedikit menyulitkan karena memang cukup nanjak. Namun tentu itu bukan halangan bagi tim. justru ini merupakan tantangan yang harus kami lewati. Mengingat jarak yang tak begitu jauh, rasanya bukan hal yang sulit untuk melakukan pendakian ke bukit matang kaladan ini.


Tim Rehat Sejenak (Mang Rusdi , Widi dan Ebi)

Mulai Uyuh (Paman Wahyu,Widi, Mang sany ,dan Ebi)
Sedikit Arahan Dari Paman Wahyu mengenai teknik pendakian
    Perjalanan sudah sekitar 15 menit berlalu, kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan ngarenghap karena memang jalurnya cukup curam dan kami d=sudah lumayan tinggi. kami berfoto sejenak untuk mengabadikan prosesi pendakian bukit ini. hehehe.... Kami lanjutkan perjalanan kabut mulai menyelimuti dan sedikit mengganggu jarak pandang yang jadi semakin pendek. Untungnya pengelola bukit telah menyediakan tambang dan akar - akaran sebagai alat bantu pendalkian. Dan semua ini sangat berguna sekali dalam pendakian. Langkah kami semakin jauh semakin tinggi, kabut yang menyelimuti juga semakin tebal. Rasanya seimbang antara kabut yang dingin dan keringat yang menetes atas usaha yang kami keluarkan untuk mendaki bukit ini.
Tersedia Alat Bantu secara cuma -cuma

Paman wahyu memberikan arahan teknik penggnaan alat bantu pendakian

Mang Sany yang mulai merasa uyuh banar
    Langkah demi langkah terus dilakukan, dan selalu diiringi dengan istirahat, karena memang jalurnya yang langsung menanjak tanpa ada kelokan seperti menaiki bukit pada umumnya.. hehe Tapi sejauh ini perjalanan terbilang lancar dan sangat penuh dengan tantangan. Jika dibayangkan apabila menelusuri jalan ini pada saat hujan akan sangat menyulitkan dan cukup berbahaya, mengingat jalurnya yang curam, sedikit saja terpeleset anda akan terguling hingga ke dasar, Sehingga harus berhati - hati jika mengunjungi bukit ini pada musim hujan.
Pemandangan yang masih tertutup kabut
    35 menit pendakian berlalu dan pemandangan masih tertutup dengan kabut. Hilir mudik suara kelotok terdengan dari kejauhan. Matahari masih belu mmenampakan sinarnya. Ilalang yang masih menahan air embun masih belum memberikan tanda bahwa kami sudah mencapai puncak. Masih harus mengeluarkan energi yang ekstra untuk tetap konsisten pada jalur dan agar agar tidak terpleset. Sesekali kami melakukan sedikit candaan dan obrolan ringan untuk lebih rileks dan santai saat melewati jalan. Bendera merah putih mulai terlihat dari kejauhan. Nampaknya puncak akan segera dicapai.
Mang Sany berfoto sekitar puncak

Situasi di puncak yang masih tertutup kabut
     Benar sekali bendera merah putih berkibar di sekitar puncak bukit kami langsung menghapiri bendera dan berkumoul sekitar situ. Ada yang langsung berfoto dan sisanya ada yang ke puncak untu kmelihat pemandangan dari puncak. Namun tim haru sedikit kecewa karena kabut yang tebal masih menutupi pemandangan ke arah waduk riam kanan sehingga belum bisa menikmati keindahan dari puncak bukit matang kaladan. Tim akhirnya memutuskan untuk membuka bekal terlebih dahulu sambil nunggu kabut mulai naik. Dari sekitar puncak terlihat ada bangunan warung yang tutup dan mungkin saat itu tidak beroperasi. Kami menuju warung tersebut untuk membuka bekal nasi bungkus kami. Sambil menunggu kabut turun rasanya mengisi perut adalah alternatif terbaik. hehehe...

Pemandangan asih tertutp kabut