Jumat, 11 Maret 2016

Dari Pulau Pinus ke Pulau Sirang


Pulau Sirang

    Disinilah titik yang menjadikan The pakusut menyadari akan profesinya selama ini tidak sepenuhnya memberikan kejernihan pikiran. Akan tetapi malah dapat menyebabkan pikiran jadi kusut. Sehingga mereka sadar dan lebih menikmati waktu luangnya untuk kegiatan yang dapat mengembalikan spirit mereka dan mengendalikan kondisi emosionalnya, agar dapat terjadi keseimbangan dalam satu titik equilibrium.   


Jurnal Mencatat bahwa mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah pulai di tengah danau riam kanan.
View dari Pulau Pinus

   Tak terasa kami sudah kembali ke kaki bukit, pendakian sudah usai hanya menyisakan kenangan kisah di bukit batas. Jembatan Pulau pinus yang tadinya dilewati selama 30 menit kini tak sampai 5 menit. Artinya keadaan sudah mulai normal kembali. efek pancaran sinar gerhan amatahari total perlahan mulai luntur. Kami kembali kepulau pinus dan beristirahat, mencari sumber air untuk sedikit membasuh peluh yang melekat wajah ini.


     Fenomena suara mulai terjadi dari dalam perut, seakan menjadi sebuah panggilan bahwa sudah tak ada lagi bahan yang dapat diroses untuk menjadi energi. Kami mencari sumber makanan yang ada disana. Melihat disekitar hanya ada sebuah warung yang menjual makanan ringan. dan makanan beratnya hanya mie instan saja. Seakan tak ada alternatif yang lain kami memilih untuk mengkonsumsi mie instan tersebut. Paman rusdi yang dedegler memesan mie deengan jumlah fantastis yaitu 2 porsi. Saya, paman wahyu, dan mas bowo hanya memesan 1 porsi saja. ditambah lagi minuman yang rasa-rasa biar nendang..
Mie Rebus ala Pulau Pinus
     Tak ada pilihan lain selain makanan ini. Kami langsung menyantap dengan antusiasme yang tinggi, tak sampai 5 menit habis tak tersisa. Apapun akan terasa enak saat perut sudah tak kuasa menahan lapar. Setelah makanan habis kami berbincang mengenai fenomena gerhana yang tadi terjadi, mengenai efek radiasi sinar matahari yang tertahan/ terhalang oleh bulan. Jika diamati cahaya pancaran yang tertahan oleh bulan akan berpotensi memberikan efek cahaya yang lebih gelap. Dan tentunya banyak dari kepercayaan kebudayaan kuno zaman dahulu sangat mensakralkan fenomena gerhana tersebut. Dan tak sedikit dampak yang terjadi jika dikaitakn dengan peristiwa lain pada sejarah masa lalu.

     Ditengah perbincangan kami mulai membahas air danau kami nilai pada kategori rada hanyir. Untuk mengkonsumsi air ini perlu pengolahan terlebih dahulu. Namun tanpa kami sadari warung tempat kami membeli mie tadi, kami khawatir mie yang kami konsumsi tadi menggunakan air danau. karena terasa hanyir.. kami ber4 mulai merasa pusing dan tak kuasa menahan hingga kami tertidur. Singkat cerita setelah mereka terbangun. mereka menceritakan mimpi yang sama. Dimana mereka bertemu dengan seseorang yang mengaku dirinya "Veleriy Kurpunic" dia bercerita bahwa dirinya merupakan keturunan soviet yang berasal dari serbia-montenegro. Dia seorang filusuf yang sangat misterius dizamannya. perbincangan terus berlanjut antara mereka, namun tak bisa semua diceritakan disini. pada akhir pembicaraan valeriy memberikan nasehat dengan bahasa latin animam minus esse in cogitatione turbidus Piknika” yang artinya “didalam pikiran yang keruh terdapat jiwa yang kurang piknik


Tim merasa jangar tak karuan

     Setelah menerima wangsit tersebut, kami semakin yakin untuk menyempatkan diri untuk menikmati alam, melakukan perjalanan, menjerihkan kembali pikiran, Atas dasar itulah kami sepakat untuk ngaprak dan ngetrip atau yang kita kenal dengan istilah piknik. Agar jiwa tetap stabil dengan piknik yang cuikup dan pikiran tetap jernih. itulah yang kami harapkan dalam setiap aktifitas ngprak nantinya. Kami jadi semakin bersemangat untuk melanjutkan hari yang penuh sejarah ini. 


Mas Bowo sedang selfie di bawah pohon

Mang Rusdi sedang nerekel ke atas pohon

     Dari sekitar pulau pinus kami melihat ada sebuah pulau yang tak jauh dan dapat dilewati oleh kelotok. Kami rasa pulau tersebut dapat dikunjungi dan menambah daftar tempat yang memiliki potensi wisata di daerah riam kanan ini. Kami menghubungi dan menunggu paman kelotok untuk menjemput kami dan rencananya kami akan menego harga untuk bisa menambah destinasi ke pulau tersebut. stengah jam kami menunggu sambil bersitirahat di pulau pinus, Pohon pinus yang menjulang tingi memberikan keteduhan dan rasa nyaman yang cukup untuk menghapus keletihan. Sambil menungguMang Rusdi dan Mas Bowo berfoto di sekitar pohon di tepi danau. Pemandangannya juga cukup baik dilihat dari sana.

Kelotok yang membawa kami ke pulau sirang






     Paman kelotok sudah tiba dan kami segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan. Sebelumnya kami menego harga agar dapat mengunjungi pulau tersebut tanpa haru menambah terlalu biaya tinggi, setelah kami sepakat paman kelotok meminta tambahan 50rb saja. kami segera naik kelotok dan menuju pual ut tersebut. Ditengah jalan kamu berbincang dengan paman kelotok, beliau bilang bahwa pulau tersebut bernama pulau sirang. Pulai Sirang ini dikabarkan dapat tenggelam/terendam air hingga tak muncul, dikarenakan debit air sekitar danau yang naik. beruntunglah kami yang dapat berkunjung kesana pada saat yang tepat. biasanya pulau tersebut tenggelam saat musing hujan. Kami kembali menaiki atap kelotok dan berfoto diatasnya. Asik juga ternyata.. 
Mas Bowo, Mang Sany, dan Mang Rusdi menikmati sensasi di atas kelotok

Paman Wahyu yang masih sibuk dengan kegiatannya di bursa Wallstreet
Mang Rusdi siap menepi di pulau sirang

Mang Sany dan Paman Wahyu bersiap untuk mendarat
Paman Wahyu dan Mang rusdi segera berpijak di pulau sirang
Mang sany dan mas bowo turun duluan

Disusul oleh Mang rusdi dan paman wahyu
     20 menit berlalu pulau sirang mulai dekat. Kelotok mulai merapat, tidak ada dermaga disini. Kelotok mulai sandar ke titik yang lebih dekat. Ada bambu disana yang dijadikan pijakan bagi kami untuk dapat menepi di pulau sirang. Pulau ini juga cukup memberi daya tarik dimana terletak ditengah danau, dikelilingi pegunungan yang membentang panjang sejauh mata memandang. Panas terik tak mengahalangi kami untuk berfoto dan dan mengelilingi pulau ini. yang menarik disini ada 2 pohon yang berdekatan sekana mereka tumbuh bersama. Seperti sepasang kekasih yang abadi, karena mereka akan seperti itu hingga mati nanti. kecuali jika tangan jahil manusia yang memisahkan mereka sebelum waktunya.

Pasangan pohon yang setia di pulau sirang

Mang Rusdi lagi di pulau sirang


Kelotok yang kami naikin

Mas bowo, paman wahyu dan mang sani lagi berkamuflase jadi bebegig sawah

kondisi di sekitar pulau sirang

     Hanya 2 tempat yang kami datangi, belum semuanya.. tetapi sudah sangat wonderfull sekali. Kami harap dapat berkunjung ke tempat lain di daerah sini. Untuk menemukan keindahan tersembunyi di rimba borneo. Setelah selesai berfotoan langit mulai gelap, kami kembali ke kelotok untuk segera pulang menuju ke dermaga aranio riamkanan. Di kelotok kami hanya bisa terdiam (karena mesinnya berisik) sambil melihat pemandangan disekitar. Rasa lelah kami terbayarkan dengan kenangan yang luar biasa ini. Rasanya perlu dilakukan hal seperti ini  di waktu yang akan datang, sebagai selingan ditengah kesibukan rutinitas pekerjaan yang terkadang membuat pikiran menjadi keruh. Saya selalu teringat pesan dari Valeriy kurpunic. Bagi saya dia memberikan sebuah inpirasi. 


Perjalanan selesai kembali ke kelotok

Mas bowo cekrek dulu jer

Mang rusdi masih belum bisa move on dari kebiasaan menangkap belut

Mang Sany ketinggalan kelotok

Bukit Batas dilihat dari jauh


Tinggal menyisakan uyuhnya haja

Paman Wahyu sedang merenung

Mas Bowo juga uyuh

Perjalanan berakhir menyisakajn kesan yang indah. Dan kami masih ingini melanjutkan perjalanan selanjutnya ke destinasi yang lain. Semoga tetap diberikan kesehatan untuk melakukan kegiatan ngaprak yang selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar