Rabu, 09 Maret 2016

The Pakusut Trip to Pulau Pinus Waduk Riam Kanan

   
Danau Riam Kanan - Kec. Aranio

     The Pakusut sudah merencanakan dari hari sebelumnya bahwa akan mengadakan eksplorasi dan monitoring sarang belut di kawasan waduk riam kanan. Beranggotakan 4 orang profesional yang sangat kompeten dan berpengalaman di dunia perbelutan berkumpul untuk membahas project mereka kali ini. Mereka adalah mang sany, mang rusdi, paman wahyu dan mas bowo mereka berempat tergabung dalam tim khusus The Pakusut ( Pasukan Khusus Survey Belut).

     Mereka sangat tertarik dengan legenda suku maya (moal aya) dimana ketika terjadi gerhana matahari total, bumi bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus dan cahaya matahari akan terhalang oleh bulan sehingga menciptakan kegelapan dititik jatuhnya bayangan dari bulan yang menutupi cahaya matahari. mereka mempercayai bahwa saat itu belut - belut yang ada disekitar titik tersebut ini menyambut akan radiasi cayaha tersebut untuk melakukan evolusi menjadi super belut. Melalui determinasi yang akurat dan profesionalisme, mereka yakin bahwa teori itu benar adanya.

Perjalanan The Pakusut Ke Pulau Pinus Waduk Riam Kanan. (diambil dari jurnal anggota tim The Pakusut)

     Tepat pukul 05.30 tim berangkat berkumpul dititik temu simpang 3 loktabat bjb. Kami berbekal nasi bungkus dan kerupuk untuk bekal di perjalanan. Melalui simpang 4 batas kota bjb kami lurus menuju waduk riam kanan. dinginnya pagi itu tak menghalangi langkah ini, sebagai wujud loyalitas dan kredibilitas profesi. Matahari yang mulai terbit menyambut perjalanan ini. Melalui sinaran cahayanya, memberi kehangatan bagi bumi ini. Laju kendaraan telah mengantarkan kami melewati desa mandiangin dan terus menembus kabut menuju dermaga riam kanan.

     Pukul 06.15 kami tiba di dermaga, langsung ditawari paman kelotok untuk menyebrang ke pulau pinus, Namun kami memutuskan untuk rehat sejenak di sebuah warung untuk duduk dan membeli beberapa makanan dan minuman. Matahari yang semakin mulai memancarkan cahayanya yang lebih tajam dan menghangakan. Setelah bernego dengan paman kelotok kami mulai menaiki kelotok dan siap untuk menyebrang ke pulau pinus. tarifnya untuk pulau pinus adalah 350ribu dan untuk ke bukit batu 500rb. Kami mulai menaiki kelotok dan tentu berdoa agar diberikan kesselamatan dan lindungan selama perjalanan ini. Kami mengambil beberapa gambar pemandangan di sekitar Waduk riam kanan ini yang sangat indah dan sayang untuk dilewatkan. Kami sempat naik keatas kelotok dan berfoto dari atas, Uma heh terasa sekali sensasi naik kelotok menyusuri waduk riam kanan. Suatu pengalaman yang tak pernah ditemukan ditengah rutinitas pekerjaan dan kesibukan aktivitas sehari - hari.

Berfoto diatas kelotok

Perbukitan Sepanjang perjalanan

Pintu  Pulau Pinus 2

     Tak terasa 45 menit perjalanan berlalu,  kebisingan bunyi mesin kelotok akhirnya terhenti ketika kami mulai mendekati sebuah pulau di tengah waduk riam kanan. Pulau Pinus 2 namanya, entah dimana pulau pinus 1 nya. Kami mulai mendekat dan kelotok mulai sandar di dermaga pulau tersebut. Kami berkordinasi dengan paman kelotok supaya kembali pukul 2 siang nanti untuk menjemput tim. Kami mulai menginjakan kaki di pulau pinus, paman kelotok meninggalkan kami untuk kembali menuju dermaga riam kanan. Waktu masih menunjukan pukul 07.45 kami membuka perbekalan makanan. Dimana kami membawa nasi bungkus dan kerupuk untuk dijadikan sarapan kami pagi ini. Tugas kami masih sangat berat untuk melakukan eksplorasi dan monitoring sarang belut di kawasan ini.

Hutan Pinus
     Perut yang kosong sudah terisi amunisi nasi bungkus, kami memulai kegiatan diawali dengan briefing dan menyambut gerhana matahari sebagai tanda awal proses monitoring kami. tim mulai memusatkan perhatian ke arah langit untuk melihat perkembangan arah titik jatunya bayangan gerhana. Setelah ditemukan titik yang sesuai diman terjadi gerhana matahari total tim memantau ke arah air dan mengamati perubahan yang terjadi disekitar air.

Danau Riam kanan dilihat dari Pulau Pinus
Gerhana Matahari 

     Namun tak terjadi perubahan yang signifikan belut yang diprediksikan akan mengambil momentum ini untuk berevolusi menjadi superbelut nyatanya tak kunjung muncul. Bahkan prediksi pemetaan yang diperkirakan memiliki tingkat akurasi 99% pun harus mentah seketika saja karena faktor alam yang memberi jawaban lain. Teori yang selama ini didalami oleh tim The Pakusust tak terbukti, Literatur kuno peninggalan suku bangsa maya (moal aya) ternyata tak sepenuhnya berhasil. Padahal moment seperti ini sangat dinanti oleh para tim ahli seperti mereka hingga berpuluh bahkan beribu tahun lamanya.
Mang Rusdi lagi galau
     Faktor ini lah yang membuat tim semakin belajar bahwa apa yang menjadi prediksi para ahli ataupun literatur yang memiliki relevansi yang akurat sekalipun harus dikembalikan kepada fakta, bahwa alam memiliki hukum tersendiri dalam menyikapi suatu fenomena dan itu sejalan dengan hukum Tuhan yang memiliki kuasa atas alam semesta ini. Intinya kita harus semakin belajar, bahwa dalam setiap anomali yang terjadi pasti ada tujuan tertentu yang sudah ditetapkan tuhan dan itu diluar batas kemampuan kita. Janganlah mencoba untuk melawan hukum alam tetapi memanfaatkan hukum tersebut untuk kebaikan. Hal ini memberikan pelajaran berharga kepada tim The Pakusut yang sudah sangat berpengalaman. Mereka akhirnya memutuskan untuk tidak memaksakan apa yang menjadi obsesi mereka, tetapi lebih menyempatkan waktu untuk refreshing (ngabangbalerkeun) pikiran dan hati mereka agar lebih tenang dalam menjalani kehidupan, Yaitu dengan menggunakan suatu metode pengkondisian kembali kondisi tubuh agar diperoleh keseimbangan dan ketenangan pikirian-jiwa melalui sebuah langkah nyata dalam sebuah tindakan. atau istilah keren yang kita kenal saat ini "Piknik".  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar